Sejarah 5 Nama Pasar Tradisional Jakarta yang Harus Kamu Tahu

Masih dalam suasana Jakarta merayakan ulang tahun ke 491. Selama beberapa dekade, ibukota telah mengalami perubahan besar dengan pengembangan gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan dan jalan raya. Meskipun banyak terjadi transformasi, lima pasar paling populer di Jakarta yang akan Bakpia Mutiara Jogja rangkum ini tetap otentik dan merupakan bukti sejarah ibu kota.

So, kalau dalam beberapa waktu ini kamu ingin ke Jakarta, tak ada salahnya mengetahui sejarah singkat tentang 5 pasar tradisional di Jakarta berikut.

Pasar Tanah Abang

Sebelumnya dikenal sebagai Pasar Sabtu.  Sekarang, pasar yang terletak di Jakarta Pusat ini didirikan pada 1735 oleh Yustinus Vinck setelah menerima ijin dari gubernur jenderal Abraham Patramini. Sebelum menjadi pusat perbelanjaan, kawasan ini dulunya tanah yang subur. Pada 1648, letnan Cina Phoa Beng Ham mengubah tanah menjadi perkebunan untuk berbagai tanaman termasuk tebu. Hal ini menyebabkan jalan-jalan di Tanah Abang diberi nama-nama pepohonan. Lalu, daerah tersebut dikelilingi oleh pohon nabang (pohon palem), yang kemudian berubah nama menjadi Tanah Abang.

Pasar Jatinegara

Sebagian besar penduduk Jakarta Timur akrab dengan Pasar Jatinegara. Selama era Hindia Belanda, daerah itu disebut Mester Cornelis karena merupakan rumah bagi benteng Belanda dengan nama yang sama, yang mengawasi akses ke Buitenzorg (Bogor). Juga dikenal sebagai Jatinegara Trade Center atau Pasar Mester, daerah ini dinamai Meester Cornelis karena seorang tokoh legendaris yang datang dengan nama Cornelis Senen. Hingga hari ini, pengunjung Pasar Jatinegara masih dapat melihat papan nama pasar dengan Pasar Mester tertulis di atasnya.

Pasar Baru

Sebelumnya dikenal sebagai Passer Baroe, Pasar Baru di Jakarta Pusat dibangun pada tahun 1820. Pasar ini dibangun menyusul keputusan gubernur jendral Daendels untuk memindahkan pusat Hindia Belanda dari Oud Batavia (Kota Tua) ke Niew Batavia di Gambir. Sebagai salah satu kompleks perbelanjaan terlama di ibukota, pasar adalah tempat meleburnya budaya Indonesia, Cina, dan India. Saat ini, Pasar Baru masih merupakan kompleks perbelanjaan yang populer di kalangan penduduk setempat. Pasar ini juga dikenal sebagai Little India di Jakarta karena menjadi tempat berbagai toko India, termasuk minimarket, toko tekstil, restoran dan kuil India.

Pasar Senen

Pasar Senen di Jakarta Pusat juga dirancang oleh Yustinus Vinck, menghasilkan beberapa kesamaan dengan Pasar Tanah Abang. Awalnya, pasar ini hanya dibuka pada hari Senin. Didirikan pada 1735, pasar dibangun di atas tanah yang dimiliki oleh anggota dewan Hindia Belanda Cornelis Chastelein. Daerah itu kemudian diakui sebagai tempat berkumpulnya para intelektual muda, seperti Adam Malik, Chairul Saleh, Mohammad Hatta, dan mantan presiden Soekarno.

Glodok

Meskipun Glodok diakui sebagai Pecinan Jakarta, lingkungan ini dibangun di atas sebuah tragedi. Daerah ini berasal dari zaman kolonial setelah Pembantaian Batavia tahun 1740, ketika tentara Hindia dan kolaborator Indonesia membunuh etnis Tionghoa di Batavia. Acara ini, juga dikenal sebagai Geger Pacinan, memimpin Gubernur Jenderal Hindia Belanda (VOC) Adrian Valckenier untuk mengeluarkan kebijakan Wijkenstelsel, mengatur Glodok sebagai daerah pemukiman bagi etnis Tionghoa yang tersisa.

Jadi, sudah ada rencana untuk mengujungi 5 Pasar Tradisional Jakarta di atas?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *