Daya Tarik Pantai Ngobaran di Gunungkidul: dari Pesona Alam hingga Nilai Historis

Ngobaran merupakan salah satu pantai di wilayah Gunungkidul yang cukup unik. Saking uniknya, pantai ini kerap dijuluki sebagai Bali of Java.

Mengapa pantai yang bersebelahan dengan Pantai Ngerenehan ini dijuluki sebagai Bali of Java? Simak penjelasannya lewat ulasan daya tarik Pantai Ngobaran di Gunungkidul mulai dari pesona alam hingga nilai historis.

Pesona Alam

Pantai Ngobaran adalah pantai di balik bukit kapur yang beralamat di Jalan Ngobaran, Dusun Ngrenehan, Desa Sapto Sari, Kecamatan Kanigoro,  Kabupaten Gunung Kidul.

Saat laut surut, panorama pantai akan berubah menjadi hijau hingga kecoklatan. Kondisi ini diakibatkan oleh keberadaan alga berwarna hijau dan cokelat yang membentang di sejauh mata memandang.

Selain itu, panorama laut luas dengan hamparan pasir putih hingga karang-karang yang menjadi rumah bagi aneka hewan laut juga menjadi daya tarik yang sayang jika dilewatkan begitu saja.

Siapa saja yang pernah ke pantai ini tentu sudah tak asing dengan pemandangan seperti ini.  Namun, siapa sangka di balik panoramanya yang meneduhkan, pantai ini juga menyimpan nilai historis yang tak kalah mengharukan.

Nilai Historis

Pantai Ngobaran mungkin menjadi satu-satunya pantai yang dikelilingi empat tempat ibadah dari empat agama atau kepercayaan yang populer di Indonesia.

Satu bangunan ibadah yang paling mencolok adalah bangunan yang menyerupai pura dan berhiaskan patung-patung dewa berwarna putih.

Bangunan ini didirikan tahun 2003 untuk mengenang jejak kehadiran keturunan raja Majapahit, Brawijaya V dan dijadikan tempat beribadah penganut kepercayaan Kejawan.

Tak jauh dari bangunan yang menyerupai pura, kamu dapat menemui Joglo yang kerap digunakan untuk  pengikut Kejawen sebagai tempat sembahyang.

Di area yang sama, kamu akan menjumpai pura untuk ibadah umat Hindu dan sebuah masjid berukuran 3×4.

Meski belum terbukti secara ilmiah, namun keberadaan ke empat lokasi ibadah ini kerap dikaitkan dengan perjalanan hidup Brawijaya V.

Konon, demi menghindari peperangan dengan Raden Patah yang tak lain adalah anak kandungnya, Brawijaya V lalu memutuskan bersembunyi di pantai ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *