Meletus 156 Kali Sejak 2 Oktober 2018, Ini 5 Fakta Tentang Gunung Anak Krakatau

Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda, Lampung Selatan, meletus sebanyak 156 kali sejak Selasa, 2 Oktober 2018 hingga Rabu pagi. Letusan tersebut diikuti oleh bunyi lava pijar dan suara petir. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), mencatat bahwa Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau merekam tremor konstan yang menghambat proses pencatatan aktivitas gunung. Sebagai informasi, di bawah ini  adalah lima fakta tentang Gunung Anak Krakatau yang harus kamu tahu agar wawasanmu bertambah.
 

1. Sejarah Singkat

Gunung Anak Krakatau muncul dari laut pada 11 Juni 1930, karena aktivitas magmatik di dalam kaldera Gunung Krakatau letusan besar pada tahun 1883. Pada tahun 2000, gunung berapi tumbuh hingga 300 meter di atas permukaan laut, dan pada bulan Oktober 2018, tingginya mencapai 338 meter.
 

2. Status Peringatan

PVMBG mengeluarkan status peringatan (Siaga Tingkat 2) di Gunung Anak Krakatau sejak 2012. Yang artinya] aktivitas gunung dapat meningkat; itu bisa meletus atau tidak, atau letusan mungkin terjadi di daerah kawah,
 

3. Warna abu selalu berubah

Seorang vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung, Mirzam Abdurrachman, menjelaskan warna abu vulkanik Gunung Anak Krakatau bervariasi, misalnya pada bulan Agustus, abu kolom gelap berubah menjadi warna terang. Sementara itu, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh petugas PVMBG seperti yang tercantum di situs Magma Indonesia, abu berwarna terang dengan intensitas tipis dan setinggi 50 meter dari kawah gunung. Di malam hari, abu menunjukkan cahaya api. Mirzam menjelaskan perubahan warna – disebut sebagai ultravulcanian dalam istilah vulkanologi – menggambarkan proses gunung.
 

4. Ragam warna lava

Warna lava yang terbang dari kawah gunung juga beragam, seperti merah, merah kekuningan, kuning, dan putih. Lava oranye terang berarti suhunya pada 1.000-1.050 derajat Celsius, merah pada 800-1000 derajat Celsius, merah gelap pada 650-800 derajat Celcius, dan merah kecoklatan pada 500-650 derajat Celcius.
 

5. Gunung terus tumbuh

Pejabat PVMBG Wawan Irawan menjelaskan letusan Gunung Anak Krakatau menandai itu dalam fase pertumbuhan. Menurut Wawan, Gunung Anak Krakatau tumbuh sekitar 4 meter per tahun. “Tapi, itu tidak meletus setiap tahun,” katanya, Pada Agustus 2018, diameter pulau Gunung Krakatau mencapai 2 kilometer. Letusan yang sering terjadi adalah erupsi strombolian yang mengeluarkan material dari gunung (seperti pijar cinder, lapilli, dan bom lava). Pelepasan material akibat letusan Gunung Anak Krakatau biasanya ditemukan di luar perbatasan pantai pulau gunung vulkanik. Oleh karena itu, zona aman ditetapkan pada 2 kilometer jauhnya dari gunung, dari sebelumnya pada 1 kilometer.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *